Bumi Manusia

Bumi Manusia

Bumi Manusia – Minke nama panggilannya. Seseorang pribumi yang belajar di HBS( Hogere Burger School), alias sekolah menengah universal buat kalangan Belanda serta para priyayi. Di masa- masa remajanya, dia jatuh cinta pada Annelies, wanita menawan yang kekanak- kanakan, gadis Nyai Ontosoroh serta Herman Mellema.

Cerita cinta Minke serta Annelis berkembang di antara sekian banyak kasus sosial serta ketidakadilan di masa penjajahan Belanda. Lahir dari jari sastrawan Pramoedya Ananta Toer melalui novel Bumi Manusia. poker99

Pasti Bumi Manusia tidak cuma berpusat pada cerita cinta. Terdapat pula perjuangan Nyai Ontosoroh, istri simpanan Herman Mellema yang ditatap miring oleh warga, tetapi setelah itu belajar jadi pengusaha ulung. Bumi Manusia pula jadi fase kala pemahaman Minke terhadap rasa kebangsaan serta kemanusiaannya bangkit melalui pertemuan serta benturan dengan bermacam wujud. sbotop

Bumi Manusia

39 tahun semenjak bukunya luncurkan- kemudian pernah dilarang tersebar di masa Orde Baru- cerita Minke saat ini timbul di layar perak. Bumi Manusia diadaptasi ke dalam film yang digarap oleh Sutradara Hanung Bramantyo. Indonesia pasti sudah berganti. https://www.americannamedaycalendar.com/

Perihal itu pula yang tampaknya mendesak perbandingan dari segi penyajian dan pengemasan cerita ke dalam suatu media baru, dari novel ke film. Sejauh sejarah menyesuaikan diri beda wahana- misalnya dari novel ke film- bukan masalah gampang buat dapat memindahkan secara penuh cerita ataupun elemen.

Dalam konteks ini usaha Hanung buat membumikan cerita Bumi Manusia pantas diapresiasi, walaupun dengan beberapa catatan. Salman Aristo bagaikan penulis naskah juga lumayan lengkap memperkenalkan alur cerita dan karakter- karakter. Di antara lain momen pertemuan Annelies( Mawar Eva de Jongh) serta Minke( Iqbaal Ramadhan), kekaguman Minke pada Nyai Ontosoroh( Sha Ine Febriyanti), diskriminasi terhadap pribumi, sampai perlawanan di majelis hukum kulit putih.

Cuma saja, Hanung yang menargetkan pasar lebih luas spesialnya generasi milenial, wajib mempertaruhkan sebagian perihal. Di antara lain, gejolak batin di balik cerita tokoh- tokohnya. Apalagi durasi film yang menggapai 3 jam tampaknya tidak lumayan penuhi segala elemen.

Pantas diakui, Bumi Manusia lebih ringan serta simpel di layar kaca. Kompleksitas permasalahan serta adegan dalam novel dilepaskan dari penggambaran di filmnya. Misalnya, metode pikir serta pandang Minke yang berganti dari semula menyangka Eropa hebat serta setelah itu berganti memandang pribumi yang sesungguhnya mempunyai keahlian tidak terkalahkan.

Obrolan Minke serta Jean Marais, perdebatan Minke dengan Sarah serta Miriam de la Croix, sampai diskusinya dengan si guru kesukaan yang mengarahkan ia bahasa serta sastra di HBS, Magda Peters, cuma menemukan jatah sedikit di film.

Polemik demi polemik terasa cuma semata- mata muncul demi kelengkapan, tetapi tidak jauh masuk ke dalam pergulatan batin tiap- tiap kepribadian. Cerita juga lebih banyak berpusat pada Nyai, Minke, serta Annelies.

Pemilihan Iqbaal Ramadhan buat menarik atensi pemirsa milenial bisa jadi sukses. Tetapi, dia belum mampu memperkenalkan wujud Minke bagaikan kepribadian pemuda pergerakan secara sempurna. Iqbaal dalam sebagian adegan semacam lenyap arah, dengan mata yang belum sanggup mengantarkan gejolak emosi dalam wujud Minke.

Saat sebelum syuting diawali, Hanung sesungguhnya sudah mempersiapkan Iqbaal dengan bermacam perlakuan semacam membuat si aktor merasakan jadi budak, makan nasi di lantai, dan melaksanakan seluruh pekerjaannya sendiri. Tetapi rasa- rasanya belum seluruhnya sukses.

Kebalikannya, Mawar de Jongh terbilang lumayan baik bawa kepribadian Annelies. Yang masih jadi catatan, karakternya yang kekanak- kanakan serta manja masih kurang tereksplorasi. Mawar dapat saja terbantu dalam eksplorasi kepribadian itu dikala bertemu May Marais yang berkunjung ke rumah bersama Minke serta Jean. Tetapi, adegan itu dibuang dalam tipe filmnya.

Sedangkan Nyai Ontosoroh yang diperankan Sha Ine Febriyanti pantas diapresiasi. Terlebih, dalam momen dia menempuh majelis hukum kulit putih serta diperlakukan bagaikan warga kelas ketiga.

Sayangnya, banyak gejolak serta cerita hidup Nyai Ontosoroh tidak dikisahkan lebih dalam. Misalnya, dikala Nyai begitu membenci si bapak sebab menjualnya kepada seseorang pengusaha demi jabatan, pula si bunda yang ia anggap tidak berupaya keras membela dirinya. Betapa pergolakan itu sesungguhnya mempunyai korelasi emosi yang begitu besar dengan adegan penutup, kala mereka kalah dalam majelis hukum serta wajib melepas Annelies ke Belanda.

Untungnya, adegan itu tertolong lagu pengiring Bunda Pertiwi yang dinyanyikan Iwan Fals, Once, serta Fiersa Besari. Momen itu membuat bulu kuduk berdiri, terlebih dikala Nyai menuturkan kutipan legendaris Pram:” Kita sudah melawan, Nak, Nyo, sebaik- baiknya, sehormat- hormatnya.”

Kepribadian lain yang pantas menemukan apresiasi merupakan Jerome Kurnia yang memainkan Robert Suurhof. Dalam adegan pembuka, keahlian Jerome bertingkah bagaikan orang Eropa dengan kemampuannya berbahasa Belanda lumayan mengesankan. Diskusi dan tingkah pembantu Annelies pula jadi salah satu adegan yang berikan kesegaran serta memancing gelak tawa pemirsa.

Maiko, salah satu pelacur di rumah Bordil Babah Ah Tjong yang diperankan Kelly Tandiono ikut jadi salah satu kepribadian yang menarik. Sayangnya, cerita hidup Maiko di film tidak dibeberkan secara mendalam. Sementara itu, ini jadi satu bagian menarik tentang pergolakannya bertahan hidup. Tidak hanya itu, kepribadian tangan kanan Nyai Ontosoroh, Darsam, yang diperankan Whani Darmawan, juga ditafsirkan begitu kokoh.

Selainnya, karakter- karakter semacam Herman Mellema, Jan Dapperste ataupun Panji Darman, Robert Mellema, Bapak serta Bunda Minke terasa pas.

Dari sisi sinematografi, usaha Hanung buat memperkenalkan suasana kehidupan masa kolonialisme lumayan sukses. Hanung juga lumayan sukses menghasilkan adegan pembuka dengan memperkenalkan arsip asli kehidupan masa kolonialisme dengan narasi yang di informasikan Minke- persis semacam novel.

Di balik itu, masih terdapat sebagian catatan teknis, spesialnya pemilihan corak( tone) yang sangat mencolok. Demikian pula sebagian bagian CGI yang kentara, paling utama dikala menunjukkan foto kapal pesiar.

Secara totalitas, film Bumi Manusia dapat dinikmati. Paling tidak, usaha Hanung mengadaptasi Bumi Manusia dengan seluruh perkara menterjemahkan novel ke medium film dapat dikatakan lumayan sukses.

Pencinta sastra tentu gak hendak asing lagi dengan judul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Novel yang awal kali terbit tahun 1980 ini telah diterjemahkan ke dalam 43 bahasa. Telah bukan rahasia lagi, kalau karya Pak Pram tentang pergerakan dini gerakan kemanusiaan di mana penjajahan bukan suatu yang dibenarkan tidak dapat dibiarkan. Bukunya dilukiskan dalam drama percintaan antara Annelies Mellema serta Minke.

Hendak difilmkan serta disutradarai oleh Hanung Bramantyo, ini 10 kejutan yang hendak kalian temui dalam filmnya. Siap- siap, bulan juli hendak mulai proses syuting, lho.

1. Rumah Minke masih dalam proses pembangunan

Semenjak 3 bulan kemudian, Desa Gamplong, Kecamatan Mayudan, Sleman diganti sedemikian rupa buat penuhi ketentuan setting tempat tahun 1890- 1918. Serta sebab telah puluhan tahun kemudian, pasti yang wajib dipikirkan awal kali merupakan sinematografi.

Latar tempat yang tidak cocok pasti hendak memunculkan ciri tanya besar di benak pemirsa. Buat seperti itu sutradara bersama regu membangun Desa Gamplong nampak mirip semacam era Minke serta Annelies dahulu.

Tanah dekat 2 hektar dimanfaatkan dengan membangun rumah Minke yang dikala ini lagi sesi pengerjaan. Hanung berkata rumah Minke hendak jadi dekat dini bulan Juli mendatang.

2. Keseluruhan, Hanung buat rel kereta buatan

Yang menarik lagi merupakan hendak terdapatnya rel kereta api buatan yang terencana dibentuk buat mendukung latar tempat. Nantinya hendak terdapat syuting memakai kereta yang dibikin spesial demi membuat atmosfer jadul nampak meyakinkan. Sebab ini ialah film yang diadaptasi dari novel masterpiece, pasti detail- detail sekecil apapun tidak boleh terlewatkan.

3. Kota Surabaya di dalam desa

Belum menyudahi pada rel kereta, terdapat pula sebagian rumah yang dibentuk dalam film ini. Hanung menghasilkan Kota Surabaya di dalam Desa Gamplong, Yogyakarta. Sebab wajib terdapat scene di kota Surabaya era dahulu, di mana sebagian Desa Gamplong dipadati dengan rumah- rumah era Belanda yang proses penggarapannya pula masih dalam sesi penyelesaian. Jadi gak tabah nonton filmnya nih!

4. Hendak terdapat pemain asli dari Belanda

Syuting film Bumi Manusia hendak diadakan di 2 negeri ialah Indonesia serta Belanda. Di Indonesia hendak mengambil 2 tempat; Yogyakarta serta Semarang. Dalam press conference, Hanung mengatakan kalau ia sudah melaksanakan casting di mana terdapat orang Belanda tulen yang hendak berfungsi di dalamnya. Ini film kolosal, serta ia membenarkan terdapat dekat 60 persen orang Belanda di film ini serta didominasi dengan Bahasa Belanda serta Jawa.

5. Dinaikan dari novel legendaris, Hanung gandeng para artis papan atas Indonesia

Pemeran utama Minke, hendak dimainkan oleh Iqbaal Ramadhan. Mawar Eva jadi Annelies, Donny Damara, Ayu Laksmi, serta yang tidak kalah berarti merupakan kedudukan Nyai Ontosoroh yang dipegang oleh Ine Febriyanti.

Dari beberapa nama tersebut, nyatanya regu Bumi Manusia tidak ingin main- main dalam pengerjaan hingga pendalaman kepribadian tokohnya. Kita amati saja nih gimana mereka nanti!

6. Salman Aristo sempat tolak membuat skenario Bumi Manusia

Tepatnya tahun 2008, Aris dihubungi oleh Hanung buat mengerjakan skenario Bumi Manusia. Tetapi kala itu ia pernah menolaknya.” Tanpa pikir panjang, waktu itu langsung saya tolak. Ini bukan main- main adaptasinya Bumi Manusia, lho. Waktu itu saya belum memiliki lumayan ilmu buat berani mengambil tantangan tersebut.”

Wah, kebayang dong ya gimana agung- nya novel ini hingga mengatasinya jadi suatu karya visual memerlukan waktu yang begitu lama.

7. Bumi Manusia telah sempat mau terbuat tetapi batal

” Sesungguhnya aku ditawari Bumi Manusia ini semenjak tahun 2000 buat menyutradarainya. Waktu itu tanpa pikir panjang aku langsung ingin, sebab nekat aja sih lebih tepatnya. Tetapi, dikala itu gak jalur, batal. Aku mulai garap film lain semacam Si Penerang, Kartini serta Soekarno.

Nah, baru dekat 1, 5 tahun kemudian aku mengerjakan Bumi Manusia. Sesungguhnya itu pas pula buat dibatalkan, jika waktu itu aku jadi garap Bumi Manusia, pengalaman aku masih kurang,” tutur Hanung dalam press conference di Jogjakarta.

8. Pengerjaan skenario Bumi Manusia telah merambah 1, 5 tahun

Diakui sendiri oleh Salman Aristo selaku penulis skenario kalau pengerjaan menyesuaikan diri novel ke script kali ini telah merambah 1, 5 tahun pengerjaan.” Hendak terdapat lebih banyak perdebatan dengan Hanung tentang perihal ini, terlebih saat ini merambah draft 7 sepanjang 1, 5 tahun. Aku mau memperingati Pram dalam film ini. Sepanjang ini, karyanya yang telah luhur serta mendunia belum sempat diapresiasi dalam suatu film. Aku cuma mau memperingati Pram dalam film ini,” tutur Aris.

9. Terdapat sebagian sutradara saat sebelum Hanung yang digadang- gadang hendak menyutradarai film Bumi Manusia

Yang awal terdapat Oliver Stone, penulis Amerika yang dikala itu menawar Bumi Manusia dengan harga yang besar. Tuti, anak ketiga Pram berkata kalau kala itu Oliver membagikan harga yang baik. Tetapi terhenti sebab Pram berpikir,” Masa tidak terdapat orang Indonesia sendiri yang ingin memfilmkannya?” Dengan pemikiran itupun, Bumi Manusia tidak jadi jatuh ke tangan Oliver.

Beberapa nama tersohor lain semacam Riri Riza serta Garing Nugroho juga pernah digadang- gadang hendak menyutradarai karya Pram ini, tetapi Falcon selaku pemegang lisensi formal memutuskan Hanung lah yang hendak menanganinya.